Indonesia
Indonesia
Tujuan fotografi makro adalah menangkap gambar subjek dari dekat, sehingga keburaman latar belakang, atau bokeh, dihasilkan dengan menyesuaikan aperture, bukan jarak subjek. Canon ingin memberi pengguna lebih banyak kebebasan kreatif dalam menciptakan efek bokeh unik apabila mengambil foto makro.
Canon menyadari bahwa prinsip yang sama dapat digunakan untuk menyesuaikan aberasi sferis (SA), yang menuntun ke pengembangan cincin kontrol SA. Aberasi sferis sebelumnya dianggap sebagai fitur lensa khusus yang hanya berfungsi untuk mengurangi kualitas gambar secara keseluruhan. Canon mengatasi stereotip ini dengan mengembangkan kontrol khusus untuk mengendalikan aberasi sferis dengan presisi tinggi, yang memungkinkan pengguna mencapai efek bokeh yang lebih lembut atau lebih tegas.
Ketika Canon mulai mendesain penerus RF Mount untuk lensa EF100mm f/2.8L Macro IS USM, yang menjadi favorit di antara para pengguna makro, desain optik EF100mm f/2.8L Macro IS USM memungkinkannya menjadi lensa Canon pertama yang menggabungkan cincin kontrol SA. Desain lensa makro ini memiliki rasio pembesaran maksimum 1,4x (yang melebihi performa pembesaran model EF 1,0x) dan juga sangat kompatibel dengan cincin kontrol SA berkat sistem lensa apungnya.
Fitur ini memperkenalkan fungsi baru untuk menyesuaikan karakter efek bokeh, yang menghasilkan efek fokus lembut atau bokeh gelembung (bokeh tegas) yang mirip dengan lensa yang lebih lama, baik saat membidik pada jarak makro maupun jarak normal. Pengguna dapat menyesuaikan kelembutan subjek dalam fokus dengan memutar cincin kontrol SA pada laras lensa. Ini berguna untuk fotografi makro dan potret wajah. Kontrol SA, beserta kemampuan untuk menyesuaikan efek bokeh, memungkinkan pengguna makro dan potret wajah mengekspresikan diri dengan cara yang tidak dimiliki oleh lensa Canon terdahulu.